Perkembangan Otak Bayi
Hallo
semua! Saya Silvia, 18 tahun. Saya
adalah mahasiswi universitas Ciputra Surabaya dengan jurusan Psikologi angkatan
2014.. Salam kenal yah semua! :D
27 Agustus 2015 merupakan minggu
ketiga perkuliahan saya pada mata kuliah biopsikologi di semester 3 yang
dibawakan oleh Pak Nur Agustinus. Hari ini kami mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan perkembangan otak anak. Hari ini saya sedikit merasa letih
saat proses belajar dikelasa sehingga tidak begitu focus. Hari ini pembelajaran
kami awali dengan presentasi kelas mengenai 5 kata kunci yang menurut kelompok
saya sangat menarik untuk di bahas. Kami menemukan 5 kata kunci ini dari film
“Smart Barbies”, lalu kami mencari penjelasan/referensi dari kata kunci ini dan
membahasnya saat presentasi.
Saya mengambil bagian mengenai
“Critical Periods”, karena saya tertarik dengan kata tersebut. Setelah mencari
referensi, akhirnya saya mengetahui bahwa periode kritis terjadi pada 1000 hari
pertama kehidupan seorang anak dari dalam kandungan hingga usia 2 tahun
pertama. Periode kritis menjadi awal penentuan apakah otak anak dapat terbentuk
dan berjalan secara optimal, sehingga disebut juga “periode emas”. Periode ini
merupakan puncak kecepatan pertumbuhan otak pada anak, dikarenakan pada saat
anak berusia 2 tahun, maka berat otak mereka telah mencapai 80% berat otak
orang dewasa, sehingga hanya tersisa 20% untuk perkembangan otak selanjutnya.
Sehingga dikenal dengan istilah ‘Jendela Kesempatan’ ( Window of Oppurtunity ).
Otak anak bayi pada masa ini
seperti “Spons” yang mampu menyerap semua informasi yang masuk. 2 kata kunci
utama untuk pembentukan jaringan otak ialah nutrisi dan stimulasi dini. Sejak
dalam kandungan, ibu sudah harus menjaga nutrisi dan asupan gizi yang baik,
terhidar dari infeksi dan hindari dari pendarahan. Pada saat kehamilan,
disarankan untuk tidak banyak pikiran, karena ketika ibu hamil stress akan
menyebabkan tingginya hormone kotisol yang bisa menimbulkan anak mengalami hiperaktif.
Lalu, karena otak anak pada usia 1000hari kehidupan tidak bisa membedakan
antara rangsangan positif dan negative, maka merupakan tugas orang tua untuk
memberikan stimulus positif agar anak berkembang kea rah-arah yang positif
juga.
Otak bayi pada saat ini sangat
freksibel, dipersiapkan untuk belajar (plastisitas). Pengalaman masa
kanak-kanak awal secara fisik ditentukan oleh bagaimana otak ‘terhubung’.
Pengalaman indera awal menciptakan sebuah sinapse dan pengulangan pengalaman
akan memperkuat peluang. Oleh karena itu, pada fase periode kritis diharapkan
orang tua mampu menjaga dan merawat anaknya dengan sangat baik dan hati-hati.
Sampai
disini dulu yah teman-teman, semoga informasi-informasi yang dibagikan minggu
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Keep Fighting dan Do Your Best !
Thanks for your attention..