Senin, 31 Agustus 2015

Jurnal Refleksi Minggu Ke-3 Biopsychology


                                                                                                Perkembangan Otak Bayi

Hallo semua!  Saya Silvia, 18 tahun. Saya adalah mahasiswi universitas Ciputra Surabaya dengan jurusan Psikologi angkatan 2014.. Salam kenal yah semua! :D

27 Agustus 2015 merupakan minggu ketiga perkuliahan saya pada mata kuliah biopsikologi di semester 3 yang dibawakan oleh Pak Nur Agustinus. Hari ini kami mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan otak anak. Hari ini saya sedikit merasa letih saat proses belajar dikelasa sehingga tidak begitu focus. Hari ini pembelajaran kami awali dengan presentasi kelas mengenai 5 kata kunci yang menurut kelompok saya sangat menarik untuk di bahas. Kami menemukan 5 kata kunci ini dari film “Smart Barbies”, lalu kami mencari penjelasan/referensi dari kata kunci ini dan membahasnya saat presentasi. 

Saya mengambil bagian mengenai “Critical Periods”, karena saya tertarik dengan kata tersebut. Setelah mencari referensi, akhirnya saya mengetahui bahwa periode kritis terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan seorang anak dari dalam kandungan hingga usia 2 tahun pertama. Periode kritis menjadi awal penentuan apakah otak anak dapat terbentuk dan berjalan secara optimal, sehingga disebut juga “periode emas”. Periode ini merupakan puncak kecepatan pertumbuhan otak pada anak, dikarenakan pada saat anak berusia 2 tahun, maka berat otak mereka telah mencapai 80% berat otak orang dewasa, sehingga hanya tersisa 20% untuk perkembangan otak selanjutnya. Sehingga dikenal dengan istilah ‘Jendela Kesempatan’ ( Window of Oppurtunity ).

Otak anak bayi pada masa ini seperti “Spons” yang mampu menyerap semua informasi yang masuk. 2 kata kunci utama untuk pembentukan jaringan otak ialah nutrisi dan stimulasi dini. Sejak dalam kandungan, ibu sudah harus menjaga nutrisi dan asupan gizi yang baik, terhidar dari infeksi dan hindari dari pendarahan. Pada saat kehamilan, disarankan untuk tidak banyak pikiran, karena ketika ibu hamil stress akan menyebabkan tingginya hormone kotisol yang bisa menimbulkan anak mengalami hiperaktif. Lalu, karena otak anak pada usia 1000hari kehidupan tidak bisa membedakan antara rangsangan positif dan negative, maka merupakan tugas orang tua untuk memberikan stimulus positif agar anak berkembang kea rah-arah yang positif juga.

Otak bayi pada saat ini sangat freksibel, dipersiapkan untuk belajar (plastisitas). Pengalaman masa kanak-kanak awal secara fisik ditentukan oleh bagaimana otak ‘terhubung’. Pengalaman indera awal menciptakan sebuah sinapse dan pengulangan pengalaman akan memperkuat peluang. Oleh karena itu, pada fase periode kritis diharapkan orang tua mampu menjaga dan merawat anaknya dengan sangat baik dan hati-hati.

Sampai disini dulu yah teman-teman, semoga informasi-informasi yang dibagikan minggu ini dapat bermanfaat bagi kita semua.  Keep Fighting dan Do Your Best !

Thanks for your attention..









Minggu, 23 Agustus 2015

Jurnal Refleksi Minggu Ke-2 Biopsychology


                


                                                                                                Neuron dan Otak Manusia

Hallo semua! :)  Saya Silvia, 18 tahun. Saya adalah mahasiswi universitas Ciputra Surabaya dengan jurusan Psikologi angkatan 2014.. Salam kenal yah semua! :D
20 Agustus 2015 merupakan minggu kedua perkuliahan saya pada mata kuliah biopsikologi di semester 3 yang dibawakan oleh Pak Nur Agustinus. Hari ini kami mempelajari hal-hal mengenai Neuron dan Otak Manusia. Sekilas yang terlintas dipikiran saya ialah mengingat materi-materi biologi yang ada di bangku SMA.  Saat SMA saya mengambil jurusan IPA dan hari ini saya akan mempelajari hal-hal yang tidak asing lagi dan mungkin bisa membantu saya.  
Hal pertama yang langsung saya bayangkan ialah belajar mengenai ‘neuron’ berarti tidak terlepas dari struktur yang dimiliki, kata kunci seperti dendrit, nucleus, badan sel, myelin, dan akson. Lalu membahas ‘Otak’, berarti tidak terlepas dari jenis-jenis dan fungsi dari bagian-bagian otak, seperti otak besar, otak kecil, otak tengah, dll. Dan hal inilah yang telah kami bahas pada pertemuan kali ini.
Pernahkah kamu mendengar tentang kekuatan ingatan manusia, bahwa manusia bisa mengingat segala hal dalam 7 kategori ? inilah pertanyaan yang dilontarkan oleh pak Nur kepada kami. Hal ini pernah saya dengar bahkan saya praktekan pada mata kuliah Psikometri, semester 2 dan hal ini benar. Maka muncullah sebuah konsep memori manusia yang dinamakan “Magic Number Seven”
Baiklah, saya akan sedikit membagikan ilmu yang saya peroleh pada mata kuliah biopsikologi pada minggu ini, dan yang akan saya bahas pertama ialah “Neuron”.






Sistem saraf merupakan jaringan komunikasi dalam tubuh. Memberikan informasi tentang apa dan kapan sesuatu harus dilakukan..
Neuron (Sel Saraf) merupakan Sel yang bertugas menerima, menghantarkan rangsangan ke pusat saraf, menentukan bentuk tanggapan, menghantarkan pesan ke efektor. Neuron terdiri atas tiga  bagian, yaitu:
a. Badan sel saraf :
Berwarna kelabu, terdapat nukleus, nucleolus, dan sitoplasma.
b. Dendrit:
Percabangan sel saraf, berfungsi untuk menerima rangsangan dan meneruskan impuls saraf ke badan sel saraf, tidak ada selaput pelindung, ukuran pendek.
c. Neurit/Akson :
Percabangan sel saraf berfungsi untuk menghantarkan impuls saraf dari badan sel saraf menuju ke sel-sel lain. Diselubungi oleh myelin sebagai pelindung, untuk regenerasi dan isolator.
Neuroglia merupakan sel yang berfungsi untuk memberikan nutrisi dan bahan yang dibutuhkan oleh sel saraf.
Tipe-tipe Neuron, diantaranya ialah Interneuron, Motorneuron, dan Sensorineuron. 



Sekarang, saya ingin membagikan sedikit informasi yang saya miliki mengenai otak manusia. Sadarkah kita bahwa otak merupakan pengendali seluruh fungsi tubuh kita. Apabila kita memiliki otak yang sehat, maka hal ini tentu akan mendorong kita memiliki kesehatan tubuh sekaligus menunjang kesehatan secara mental. Hal ini berarti kesehatan otak berpengaruh terhadap kesehatan mental dan tubuh kita.




Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1.      Cerebrum (Otak Besar)
2.      Cerebellum (Otak Kecil)
3.      Brainstem (Batang Otak)
4.      Limbic System (Sistem Limbik)

Cerebrum (Otak Besar) memiliki 4 lobus, diantaranya ‘Lobus Frontal’ terkait penalaran, perencanaan, bagian bicara, gerakan, emosi, dan pemecahan masalah. ‘Lobus Pariental’ terkait dengan gerakan, persepsi, pengenalan orientasi, dan rangsangan. ‘Lobus Oksipital’ terkait proses visual dan ‘Lobus Temporal’ terkait dengan persepsi, rangsangan pendengaran, memori, dan berbicara.
      Cerebellum (Otak Kecil) mengambil bagian dalam mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh, melakukan gerakan otomatis. Jika terjadi cidera pada bagian otak kecil, maka akan berakibat pada gangguan sikap dan koordinasi gerakan otot, contohnya adalah orang tidak bisa memasukan makanan kedalam mulut, tidak bisa mengancing baju, dll.
      Brainsteam (Batang Otak) merupakan bagian yang mengatur fungsi dasar termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia, yaitu “fight or flight”, artinya saat bahaya datang pilihannya ialah lawan atau lari. Batang otak juga terdiri dari 3 bagian, yaitu Mesencehalon, Medulla Oblongata, dan Pons.
      Limbie System terdiri dari 3 bagian utama, yaitu Talamus, Hipotalamus, dan Girus Singulata. Thalamus merupakan bagian otak yang bertanggung jawab untuk mendeteksi dan menyampaikan informasi dari indera kita, seperti baud an penglihatan. Hipotalamus bertanggung jawab untuk memproduksi pembawa pesan kimia, disebut “Hormon”. Lalu, Girus Singulata merupakan jalur yang menstransmisikan pesan antara bagian dalam dan luar dari system bidik.

Masih berhubungan dengan otak, dalam neurotransmitter, diajarkan bahwa dopamine berfungsi mengontrol motivasi,kognisi, respon emosi dan menikmati apa yang kita cari. Apabila dopamine meningkat akan muncul halusinasi dan paranoid, sedangkan ketika dopamine menurun, maka muncullah rasa berharga dan tidak ada semangat. Orang ekstrovert membutuhkan dopamine yang banyak dan rangsangan dari luar. Sedangkan introvert tidak membutuhkan hal ini, tipe introvert mudah untuk berhalusinasi. Meningkatkan dopamine bisa dengan cara mengkonsumsi kafein.

Sampai disini dulu yah teman-teman, semoga informasi-informasi yang dibagikan minggu ini dapat bermanfaat bagi kita semua.  Keep Fighting dan Do Your Best !


Thanks for your attention..