Minggu, 18 Oktober 2015

Jurnal Refleksi Minggu Ke-10 Biopsychology



"Born To Be Bad-ADD/ADHD"

Hallo semua!  saya Silvia, 18tahun. Saya adalah mahasiswi universitas Ciputra Surabaya dengan jurusan Psikologi angkatan 2014.. Salam kenal yah semua. :)

15 Oktober 2015 merupakan pertemuan ke-10 pada mata kuliah Biopsychology yang dibawakan oleh pak Nur Agustinus. Hari ini suasana kelas cukup kondusif dan kami awali proses pembelajaran dengan menonton video “Born to be Bad-ADD/ADHD”, materi ini sangat menyenangkan karena videonya bagus dan menarik serta sangat informative
     Setelah memahami video yang ditampilkan, saya akhirnya lebih memahami dan mengenai penyebab sebuah kemarahan/agresifitas seseorang terhadap tingkah lakunya pada lingkungan maupun diri sendiri.


     Apakah sebuat kejahatan dilakukan kerena dorongan genetika ataukah sebuah kesalahan masyarakat? Hal inilah yang akan diulas pada video ini. Sering kita memahami bahwa perilaku buruk timbul dari perlakuan yang buruk, didikan buruk, dan nasib yang buruk hingga akhirnya para ilmuan memutuskan untuk melakukan penelitian terhadap menggali sisi biologi dari perilaku. teknologi baru telah membuka misteri pikiran manusia. Akhirnya melalui sebuah riset, kita menemukan kilasan tentang letupan impulsive.

     Anak yang mengalami kelainan tidak mampu memusatkan pikiran (ADD), akan mengalami kesulitan ekstrim mempertahankan konsentrasi dan menunjukan kemarahan. Pernakah kalian mendengan istilah TOVA ? Yaaaa!!, TOVA (Tes Tingkat Perhatian) adalah tes yang membantu mengidentifikasi tingkat kelainan, permainan yang dirancang sangat membosankan dengan hanya ada gambar kotak bewarna putih dan hitam. Anak ADD tidak dapat mengontrol emosi yang dimiliki, sehingga apabila sesuatu yang dia inginkan tidak terwujud maka ia akan marah hingga memukul. Riset perlihatkan antara 25-70% anak ADD dan hiperaktif  akan mengalami kondisi ini hingga dewasa.

     Kondisi hiperaktif dapat dikaitkan dengan ketegangan rendah, yaitu tingkat kewaspadaan fisik yang lebih rendah dari tingkat normal. Ketegangan fisik yang rendah mencirikan kepribadian yang agresif, seorang dengan ketegangan rendah akan memiliki angka rendah pada detak jantung, tingkat keringat, dan aktifitas gelombang otak. Seseorang dengan ketegangan rendah akan membutuhkan stimulasi yang besar agar dapat meningkatkan ketegangan agar merasa normal. Ketegangan rendah dapat lahir dari factor genetic maupun lingkungan. Orang dengan ketegangan rendah dapat membuat ia berhasil apabila menggunakannya dengan baik, seperti sukses pada bidang olahraga atau bisnis. Namun, sisi negatifnya ialah dapat mendorong orang pada kekerasan. Hal ini biasanya di alami oleh para napi di penjara, dll.

     EEG (Elektro Encephalo Graph), ialah elektroda yang mencatat aktifitas listrik otak di atas permukaan kepala yang berlainandan itu akan memberi gambaran tentang apa saja yang akan terjadi di dalam otak. Elektroda PZ mengukur aktifitas pada lobus Pariental, yaitu bagian otak yang mengatur tentang informasi visual. Bila lobus pariental tidak bekerja secara semestinya, otak akan sulit mengenali huruf dan kata-kata. Seorang ahli mengatakan bahwa kemampuan membaca dan mengutarakan pikiran dengan kata-kata berpengaruh kuat terhadap pengendalian kepribadian kejam.
Bagian otak pada lobus depan, membuat kita mampu merencanakan dan mengendalikan perilaku. dengan 

     PET (Positron Emission Tomography) dapat membantu peneliti untuk melihat otak manusia bekerja. PET mengikuti gerakan glukosa bekerja saat mengalir dari pembuluh darah ke otak.
Alkohol adalah narkoba penekan yang bisa menekan system saraf pusat. Sehingga ketika mengkonsumsi alcohol, efisiensi otak dapat berubah. Objek akan berperilaku tanpa kendali. Sehingga alcohol atau narkoba sangat buruk karena bisa berpengaruh terhadap fungsi otak baik menyeluruh maupun sebagian.

     Terapi Bio-Feedback sangat membantu dalam penanganan ADD, yang dapat mengatasi kompulsif pada anak. Agresi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang dapat membangun maupun menghancurkan seseorang. Sehingga kita harus belajar mengendalikan dan mengontrol perilaku dengan baik.

     Jadi bisakah orang dengan perilaku kekerasan dapat dikatakan terlahir jahat? Para ilmuan mengatakan hal ini salah. Tidak ada satupun gen yang menjadi penyebab kekerasan. Salah seorang peneliti mengatakan 30-40% mungkin bersifat genetis namun sisanya karena lingkungan.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga informasi-informasi yang diperoleh dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Sekian dan Terima Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar